Kadang setan menipu manusia, tapi kadang manusia yang menipu setan. Disini menyangkut bahasa klenik yang digunakan manusia dalam berdiplomasi dengan setan atau sebaliknya. Pada momen tertentu beberapa manusia terlibat perjanjian dengan setan. Lebih daripada sekedar berinteraksi, akan tetapi sudah menyangkut perjanjian yang taruhannya adalah nyawa.
Dalam melakukan perjanjian, bahasa konyol setan yang jika salah dalam menafsirkan, manusialah yang akan menderita kerugian, tapi kadang setan sendiri justru yang tertipu. Mungkin anda masih belum paham, bahasa apa yang dimaksud? Cerita di bawah ini akan memberi gambaran tentang hal tersebut.
Dalam dunia klenik, dalam ambisinya seseorang yang ingin menjadi orang kaya tanpa harus lama-lama berusaha, salah satu jalan adalah mengambil jalan pintas, salah satunya adalah jalan klenik, yaitu melakukan nyupang ( pesugihan).
Dalam tindakannya melakukan perjanjian dengan makhluk yang mempunyai dunia tidak sama, ada bahasa-bahasa tersendiri yang perlu diartikan dengan benar, salah sedikit akan besar kerugiannya.
Margi, salah satu contohnya, Dia melakukan pesugihan disebuah tempat pesugihan yang sudah dikenal sangat ampuh. Seperti biasa, dalam melakukan perjanjian, dia berhasil bertemu dengan setan yang siap membantu keinginannya. Setelah deal, semua kesepakatan sudah dilakukan, sarat-sarat sudah penuh, dia tinggal menunggu hitungan hari untuk menjadi kaya dengan bantuan setan tersebut.
Margi bahkan sudah berpamitan pulang. Dalam percakapan terakhir menjelang pulang, pihak makhluk halus bilang, " Nanti siapa yang akan berkunjung ke sini duluan?"
Karena bahagianya, Margi menjawab, " Saya dan keluarga akan saya ajak semua main ke sini, nanti".
"Baiklah" jawab makhluk halus.
Dan pulanglah Mardi dengan hati berbunga-bunga, menghayal saat sudah terlaksana menjadi orang kaya nanti, apa saja yang akan dilakukan. Dan yang pasti, sebagai tanda terima kasih dia akan berkunjung sesegera mungkin ketempat mbah (makhluk halus) dengan mengajak serta keluarga dan membawa sesaji yang disukainya selengkap mungkin.
Tidak lebih dari hitungan tahun gelagat menjadi kaya sudah muncul, ia benar-benar mendapat kemudahan yang luar biasa dalam mencari harta yang diinginkan. Percaya bahwa itu terjadi karena bantuan setan yang dipujanya, iapun ingin segera berkunjung ke tempat embah dengan mengajak serta keluarga seperti yang telah ia janjikan.
Tidak tahu apa arti kata-kata ringan setan yang dilontarkan saat beranjak pulang dari tempat perjanjian. Margi mengartikan kata-kata tersebut sebagaimana kata-kata manusia, ia berpikir kunjungan yang ditanyakan adalah kunjungan bertamu layaknya bertamu kepada kaum kerabatnya di dunia manusia.
Tetapi, apa yang terjadi adalah kematian dirinya, istri dan anaknya. Tidak tahu, setelah kematian mereka itu, apa dia benar-benar datang kesana atau tidak. Tapi, bahasa setan itu, ternyata bahasa yang penuh isarat dan simbol semata yang membuat dunia lain terpedaya olehnya.
Sebagian manusia boleh tertipu, tapi, tidak untuk sebagian manusia yang lain, tidak semua golongan manusia itu bodoh, makhluk manusia juga ada yang pintar dan dapat melakukan sebaliknya dengan apa yang mereka lakukan.
Contohnya, Wikarto, kali ini giliran Wikarto yang datang ke tempat pesugihan itu, tempat yang sama persis yang digunakan oleh Margi. Tujuan Wikarto juga sama persis seperti Margi, yaitu melakukan perjanjian pesugihan dengan makhluk halus yang ada ditempat tersebut. Tempat itu memang spesialis untuk bidang kekayaan. Jadi prasarat dan saratpun tidak berbeda dengan yang dilakukan Margi.
Ritual perjanjian pesugihanpun dilakukan. Dan kesepakatanpun dicapai. Tidak berbeda dengan yang terjadi kepada Margi, ketika Wikarto sampai kepada detik-detik menjelang pulang, sebuah kata yang sama juga terlontar dari pihak makhluk halus tersebut, " Nanti siapa yang akan berkunjung ke sini duluan?"
"Saya sendiri, tapi..." jawab Wikarto tidak lengkap.
"Tapi, apa?" tanya makhluk halus penasaran.
" Tapi setelah genting atap rumahku terpasang semua, sehingga tidak ada lagi setetespun atap yang bocor"
" Oh, baiklah" jawab Makhluk halus tidak penasaran lagi.
Dan Wikartopun pulang. Entah karena kebetulan atau bukan, sepulang dari tempat pesugihan tersebut, Wikarto merasakan mudahnya mencari uang yang luar biasa. Singkat cerita, keinginan Wikarto untuk menjadi kaya secara cepat benar-benar terlaksana. Wikarto hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.
Pintarnya Wikarto, ia tahu bahwa dia sedang ditunggu kedatangannya oleh makhluk halus yang dipujanya untuk menyerahkan dirinya sebagai tumbal atas bantuan yang diberikan berkenaan dengan usahanya menjadi orang kaya. Akan tetapi ia sudah bilang, ia baru akan datang jika genteng atapnya sudah penuh.
Sampai kapanpun, selama genteng Wikarto masih ada yang kurang satu butir saja, Wikarto tidak ada agenda untuk berkunjung ke rumah setan yang sudah dia anggap mbahnya tersebut. Berkunjung berarti mati. Ia sangat mengerti itu.
Oleh kecerdikan Wikarto, di setiap membangun rumah, semewah apapun rumah yang ia bangun selalu menyisakan satu genteng tidak terpasang di atap rumahnya. Mungkin sampai Wikarto harus mati, itu karena takdir Tuhan atau usia yang memang telah habis, bukan lantaran dijemput Setan yang dipuja itu.
Dengan kejadian yang kedua diatas, teranglah, setan yang tertipu oleh manusia yang dalam hal ini diwakili oleh Wikarto.
Kejadian yang pertama, dalam hal ini yang dilakukan oleh Mardi menunjukan manusia yang tidak dapat menyikapi bahasa setan yang berakibat fatal dan mati konyol. Semua yang dia lakukan hanya mengantarkan diri ke neraka sebagai akibat bersekutu dengan setan sebelum puas menikmati hasilnya.
Kejadian yang kedua menunjukan, meski sama-sama bersekutu dengan setan, Wikarto dapat menikmati hasilnya dengn puas, bahasa setan yang konsisten justru dimanfaatkan untuk mengelabuhinya mentah-mentah. Pengorbanan setan yang besar nyaris tidak terbayar sepeserpun dari Wikarto. Kini Wikarto tetap hidup santai sebagai orang kaya. Anehnya, Eyang embah juga tidak protes dengan perbuatan Wikarto. Ia tetap melakukan apa yang telah menjadi kesepakatan sesuai dalam perjanjian.