Banyak orang berkata, datangnya pelangi adalah pertanda adanya bidadari yang sedang mandi. Mereka datang dari kahyangan beramai-ramai mengikuti cahaya pelangi ke telaga bening yang ada di bumi.
Waktu aku kecil sering mengejar pelangi. Ujung pelangi yang selalu melengkung kebawah menuju permukaan bumi, kadang terlihat mengarah tepat pada sebuah telaga. Kuhampiri telaga tersebut, namun tidak juga kutemui seorangpun bidadari sedang mandi.
Dalam sebuah cerita rakyat, diceritakan, pada jaman dahulu, Jaka Tarub mendapati bidadari-bidadari sedang mandi disebuah telaga. Ia mencuri selendang dari satu bidadari-bidadari yang semuanya berjumlah 7 orang. Bidadari yang dicuri selendangnya tidak bisa terbang bersama teman-temannya kembali ke langit dan akhirnya menikah dengan Jaka Tarub. Sejak itu dia hidup sebagai manusia biasa dengan nama Dewi Nawang Wulan.
Kenapa cerita yang kedengarannya sangat indah itu hanya terjadi di jaman dulu, kenapa tak pernah sekalipun kejadian yang sama itu terulang dijaman sekarang, apakah itu hanya karangan seseorang belaka? Jika benar, kenapa orang jaman dulu suka mengarang, ya?
Dampaknya, hingga sekarang beberapa orang masih sangat percaya terhadap fenomena tersebut.
Seorang nenek kegirangan melihat pelangi yang datang, ia berteriak memanggil cucunya untuk bersama-sama melihat bidadari sedang turun ke bumi, padahal jelas-jelas tidak ada bidadari yang tampak menuruni pelangi.
Cucunya mungkin akan melakukan hal tersebut pula kelak dikemudian hari.
Dari sudut ilmu pengetahuan, pelangi yang begitu indah nampak oleh mata, susunan warna melengkung dengan megahnya di langit yang biru, padahal, warna pelangi yang demikian indah memukau itu tidak ubahnya warna sinar matahari yang diuraikan oleh partikek-partikel air yang jatuh hingga memunculkan 7 bias warna yang dimiliki oleh Matahari, sebagaimana yang kita kenal dengan kata, mejikuhibiniu , kependekan kata dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu
Lihatlah, setiap datang pelangi pasti saat itu pula sedang turun hujan dan saat itu pula sinar matahari tidak terhalang menembusnya.
Akan tetapi, percaya sepenuhnya pada ilmu pengetahuan juga bukan sebuah kewajiban, ilmu pengetahuan dengan mitos tidak jauh berbeda, sama-sama produk dari otak manusia.
Saya tidak buru-buru menyatakan ilmu pengetahuanlah yang selalu benar. Dalam kasus ini, yang pasti benar adalah kebenaran itu sendiri. Pasalnya, teori fisika yang satu ini masih mempunyai ganjalan, jika warna yang terjadi pada pelangi merupakan semata-mata biasnya warna sinar matahari yang diuraikan oleh titik-titik hujan yang jatuh ke bumi, kenapa tidak selamanya turun hujan disertai matahari yang bersinar menghasilkan pelangi?
Saat musim hujan, hujan hampir turun setiap hari, akan tetapi belum tentu satu bulan terjadi satu kali pelangi muncul dilangit. Bahkan para teori bidadari punya alasan dengan pasti untuk mempertahankan kepercayaan ini.
Bidadari yang suci tidak dapat dilihat oleh sembarang orang, hanya orang yang berjiwa bersihlah yang mampu melihatnya. Barang siapa yang melihat, memiliki pertanda bahwa orang tersebut akan mendapat keberuntungan.
0 comments:
Post a Comment