Sajen (Sesaji), yaitu peletakan sejenis makanan atau barang tertentu di tempat tertentu dengan maksud untuk persembahan kepada makhluk ghoib yang mendiami tempat tersebut. Budaya itu sudah lama dilakukan oleh manusia yang ada dibumi dengan bentuk yang berbeda-beda.
Sejak manusia percaya bahwa ada kekuatan yang berasal dari makhluk lain selain manusia yang tidak kasad mata, akan tetapi nyata keberadaannya. Mereka menganggap kekuatan ghaib yang tidak tampak itu lebih kuat dari kekuatan dialam nyata. Oleh karena itu manusia perlu melakukan interaksi dengan si pemilik kekuatan tersebut untuk menghindari kejahatan dan gangguan yang diakibatkan dari kekuatan tersebut, caranya yaitu dengan membuat senang kepada si pemilik kekuatan dengan memberikan hadiah kepadanya.
Hadiah itu bisa berupa makanan atau barang lain yang disukai. Tidak sembarang benda yang dipercaya disukai oleh makhluk gaib tertentu, saya mencatat beberapa benda yang sering digunakan untuk sesaji yang saya ketahui diantaranya adalah, benda yang menghasilkan aroma khusus, seperti, kemenyan, hiu, kembang, minyak wangi, rokok dan lain-lain. Dari jenis makanan, seperti, bubur merah putih, kelapa hijau muda, daging, bahkan darah.
Kapan seseorang memberikan sajen kepada makhluk ghoib?
Orang melakukan persembahan berupa sajen kepada makhluk ghoib di saat mereka memerlukan efek dari kekuatan yang dimilikinya.
Contoh kecilnya, seseorang akan menebang pohon kayu besar yang dipercaya memiliki penunggu makhluk ghoib, maka orang tersebut meletakan sajen sesuai benda yang disukainya, hal itu bertujuan agar makhluk ghiob tidak marah dan penebangan kayu akan sukses tanpa ada suatu gangguan, gangguan dari makhluk yang tidak dapat dilihat lebih berbahaya daripada makhluk yang tampak oleh mata.
Sajen juga dilakukan manakala seseorang memiliki suatu hajat agar hajat yang diinginkan dapat tercapai. Bantuan dari kekuatan ghaib dianggap lebih mujarab untuk mendongkrak keberhasilan dalam mengupayakan suatu usaha didalam kehidupan.
Diluar negeri, dinegara barat sana, konon banyak juga orang melakukan pemujaan kepada makhluk ghoib dalam mendongkrak keberhasilan usahanya.
Sebuah media klenik mengulas, dalam mendongkrak ketenarannya, beberapa penyanyi melakukan ritual dengan mengundang dewa rege yang bernama Lusifer. Dalam sebuah kamar khusus dan gelap, diletakan semangkuk darah, disamping darah diletakan juga album hasil rekaman yang akan diedarkan, kemudian mereka menari-nari dengan tubuh telanjang tanpa sehelai benang, mereka menari dan terus menari hingga pada akhirnya datanglah Lusifer menghampiri.
Dengan sajen yang diberikan, Lusiferpun berjanji akan membantunya membuat album yang digarapnya laris terjual.
Di Indonesia lebih ekstrim lagi, sajen digunakan untuk sarana melakukan pesugihan. Di jaman milenial, dunia klenik sudah dianggap kuno, sudah tidak relevan lagi untuk dilakukan dijaman modern kini, ternyata dalam kenyataannya lebih parah.
Sebagai bukti, sebuah acara televisi yang khusus menghadirkan para pelaku mistis dengan semua pengalamannya ramai didatangi oleh orang-orang yang dengan blak-blakan mengakui telah bekerja sama dengan makhluk ghoib.
Seorang partisipan mengakui bahwa dia telah melakukan perjanjian dengan makhluk ghoib agar dirinya dibantu untuk menjadi kaya. Sajen berupa kepala ayam dilakukan sebagai saratnya. Alhasil, orang tersebut bertemu dan melakukan perjanjian, dia mengaku berkat melakukan itu dia benar-benar menjadi kaya daripada sebelumnya yang sangat miskin sampai makan sehari-hari saja kesulitan.
Makhluk ghoib yang dimaksud disini itu siapa?
Makhlug ghoib yang senang diberi sajen, yang marah jika diganggu.
Agama menyatakan, makhluk ghoib itu khak adanya, barang siapa yang tidak percaya pada yang ghaib akan dicatat sebagai orang yang tidak beriman. Kalau dilihat dari ghoib secara keseluruhan itu terlalu luas, adanya sorga dan neraka itu juga ghoib, malaikat yang mulia, jin, setan, iblis, roh gentayangan, dan lain-lain semua yang tak tampak itu adalah ghoib. Akan tetapi, tidak mungkin , jika ghoib penggemar makan sajen itu adalah sang malaikat yang mulia, karena dalam kitab diterangkan, malaikat itu tidak makan dan tidak tidur. Yang lebih tidak mungkin lagi, malaikat itu baik dan tidak pendendam.
Lalu, sajen mereka itu dilakukan kepada siapa?
Saya bertanya kepada orang yang saya anggap paling tahu tentang hal tersebut, dia adalah sesepuh kampung, kepala adat yang juga pemimpin acara sajen di kampungnya. Dalam pengakuannya, ia memberi sajen tidak lain adalah sebagai hadiah kepada "Sing mbau rekso" (Penunggu ghaib) tempat dimana sajen itu diletakan.
Penunggu ghaib juga seperti halnya manusia, ada yang ramah, ada yang penolong, namun tidak jarang juga yang jahat. Penunggu ghaib yang jahat itu adalah setan dan penunggu ghaib yang baik itu adalah luhur.
Dalam bahasa Indonesia "luhur" sering dikatakan "leluhur", kata leluhur lebih tertuju kepada para pendahulu kita yang telah tiada, akan tetapi dalam bahasa Daerah, kata "Luhur" ditujukan kepada makhluk ghaib yang berhati baik, ia menolong, mengayomi dan tetap baik, walau tidak diberi hadiah apapun, apalagi hanya sekedar sajen.
Dan setan?
Setan itu jahat, itu fix, semua orang pasti setuju, karena mereka sudah dicuci otaknya oleh paham dan norma-norma sejak dahulu kala. Semua agama dalam kitabnya telah menerangkan jauh-jauh, bahwa setan itu dilahirkan dengan misinya menyesatkan manusia agar manusia terjerumus dalam dosa untuk kemudian menemaninya di neraka.
Perlukah orang memberi sajen, bagaimana orang yang tidak melakukannya, jadi sengsarakah ?
Mendengar pertanyaanku yang sekian kalinya, petua itu mengajaku ke suatu tempat dimana di tempat tersebut terdampar pohon kayu yang sangat besar. Dibawah, dipangkal pohon nampak sudah berlubang dan angker. Akan tetapi pohon itu bukanlah benda yang asing bagiku, karena setiap hari aku lewat didepannya.
"Setiap hari kamu lewat sini, kan? Katanya.
"Ya" jawabku.
"Mulai dari sekarang, setiap kau lewat, luangkan waktu letakan benda seperti ini di lubang kayu ini" katanya memperlihatkan sebutir lombok dan seraya meletakannya di lubang kayu tersebut.
"Lakukanlah tujuh hari berturut-turut, setelah tujuh hari, berhentilah?
Aku melakukan perintah orang tua itu sebagaimana yang dikatakan hingga batas waktu yang ditentukan. Hari ke delapan sayapun berhenti tidak melakukannya, aku lewat saja cuek.
Sampai dirumah, aku merasakan kepalaku pusing, dan tiba-tiba, rasa pusing berubah menjadi rasa capai setelah beberapa lama, aku merasa seperti baru saja berlari ribuan meter. Yang tidak habis pikir lagi, disekitarku banyak orang berkerumun dengan pandangan mereka semua menuju kepadaku.
Aku kesambet. Begitu, mereka memberikan keterangan kepadaku. Rupanya aku sempat tidak sadar, aku kerasukan, dalam ketidak sadaranku, aku mengigau, suaraku berubah bukan suaraku lagi, akan tetapi suara makhluk halus yang mengaku penunggu pohon besar yang setiap hari ku beri sajen kecil selama satu minggu berselang dan kemudian aku berhenti melakukannya. Dalam igauanku, dia bertanya, "Kenapa aku berhenti melakukan itu?"
Jawaban yang panjang dan jelas telah diberikan oleh orang tua itu. Pengalaman adalah guru yang paling baik dari seribu keterangan dengan kata-kata. Perlukan orang memberi sajen dan akan sengsarakah orang yang tidak melakukannya? Jawabannya adalah, semua tergantung pada kepercayaan dan apa yang kita lakukan. Jika kita meyakininya, semua bisa terjadi, jika kita memilih tidak, semua akan baik-baik saja.
Kesimpulan
Jika sajen bukanlah satu-satunya jalan untuk memperoleh pertolongan, apalagi kepada makhluk ghaib yang masih sama-sama makhluk, jika mereka membantupun, tidak mungkin semua itu dilakukan dengan cuma-cuma, setan melakukan semua cara untuk menyesatkan manusia, kenapa kita tidak meminta pertolongan langsung saja kepada Sang Pencipta. Yang menciptakan kita, juga yang menciptakan mereka.
0 comments:
Post a Comment